a. Tentang
Kecerdasan Emosi
Emosi adalah suatu hal yang begitu
saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap bahwa perasaan marah, takut,
sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari
atau hanya sekedar respon Anda terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada
Anda. Membahas soal emosi maka sangat kait eratannya dengan kecerdasan emosi
itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri,
bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan,
kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres. Kecerdasan emosional juga
mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan
motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri,
empati dan kecakapan sosial. Keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan
emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan,
kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi,
kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi
dan sebagainya.
Kecerdasan
emosi adalah kemampuan untuk menenali perasaan diri sendiri, perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan
baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.
Kecerdasan
Emosisonal atau Emotional Quotient (EQ) semakin gperlu dicermati karena
kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksnya kehidupan manusia membawa dampak
yang buruk terhadap kehidupan emosional individu, hasil survey Daniel Goleman menunjukkan kecenderungan
yang sama di seluruh dunia, bahwa generasi sekarang lebih banyak mengalami
kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya. Mereka lebih kesepian dan
penurung, lebih beringas dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup, mudah
cemas, lebih meledak-ledak (impulsif dan regresif).
EQ
atau kecerdasan emosional itu tumbuh, dipupuk, dipelajari melalui proses
belajar dan direspons melalui pengalaman hidup sejak seseorang lahir hingga
meninggal. Pertumbuhan dan perkembangan EQ dapat dipengaruhi oleh lingkungan
baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.
Menurut Daniel
Goleman, ada beberapa kemampuan yang menyebabkan seseorang mempunyai EQ tinggi.
Kemampuan tersebut adalah :
- Kemampuan memahami atau
mengenali emosi diri, yaitu kesadaran diri untuk mengenali perasaan apada
waktu perasaan itu terjadi.
- Kemampuan mengelola emosi,
yaitu mampu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat.
- Kemampuan memotivasi diri,
yaitu kemampuan untuk menata emosi untuk mencapai tujuan, selalu
meyakinkan diri sendiri, bergairah dan antusias.
- Kemampuan mengenali emosi
orang lain, yaitu kemampuan untuk dapat berempati terhadap orang lain.
- Kemampuan untuk membina hubungan,
yaitu kemampuan untuk dapat menularkan perasaan positif kepada orang lain.
Seseorang yang
secara emosi tidak cerdas biasanya :
- Bersifat agresif.
- Cenderung berpikir negatif.
- Malas dan lebih suka
melakukan kegiatan untuk menyenangkan diri secara berlebihan.
- Lebih mementingkan diri
sendiri (egois).
- Tidak mampu menentukan
tujuan.
- Cepat cemas dan depresi.
- Menarik diri dari pergaulan.
- Suka memanfaatkan kelemahan
orang lain.
- Tidak sopan.
- Kurang percaya diri.
Seseorang
yang secara emosi bermasalah tentu akan sulit untuk mempelajari sesuatu. Remaja
yang pemarah, cepat stress dan depresi biasanya malas untuk membuka diri dan
menerima pengalaman belajar baru.
Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotient (EQ) meliputi
kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan
kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya. Kecerdasan emosi dapat juga
diartikan sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan
memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada kemampuan
untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut.
Jadi orang yang cerdas secara emosi
bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan, tetapi juga memahami apa arti
emosi dan perasaan tersebut. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain
melihat kita, mampu memahami orang lain seolah-olah apa yang dirasakan orang
itu kita rasakan juga.
Setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi,
yaitu:
- Memahami emosi-emosi sendiri
- Mampu mengelola emosi-emosi sendiri
- Memotivasi diri sendiri
- Memahami emosi-emosi orang lain
- Mampu membina hubungan sosial
Sejauh mana kecerdasan emosi Anda?
Untuk mengetahuinya, kelima unsur di atas dapat dijadikan barometer untuk
mengukur apakah Anda termasuk orang yang cerdas secara emosi. Berikut ini
adalah hal-hal spesifik yang perlu dipahami dan dimiliki oleh orang-orang yang
cerdas secara emosi :
1. Mengatasi stress
Stres merupakan tekanan yang timbul
akibat beban hidup. Stress dapat dialami oleh siapa saja. Orang yang cerdas
secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak, tegar
dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. Cenderung menghadapi semua hal, bukannya
lari dan menghindar. Dapat mengelakkan pukulan sehingga tidak hancur dan tetap
terkendali. Mungkin sesekali terjatuh namun tidak terpuruk sehingga dapat
berdiri tegak kembali.
2. Mengendalikan Dorongan Hati
Orang yang cerdas secara emosi tidak
memakai prinsip “harus memiliki segalanya saat itu juga”. Mengendalikan dorongan
hati merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan
saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar dimasa yang akan datang.
Kecerdasan emosi penuh dengan perhitungan.
3. Mengelola Suasana Hati
Orang yang cerdas secara emosi tidak
berada dibawah kekuasaan emosi. Mereka akan cepat kembali bersemangat apapun
situasi yang menghadang dan tahu cara menenangkan diri.
3. Memotivasi Diri
Orang dengan keterampilan ini
cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka hadapi. Ada
banyak cara untuk memotivasi diri sendiri antara lain dengan banyak membaca
buku atau artikel-artikel positif, “selftalk”,
tetap fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.
4. Memahami Orang
Lain
Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan
orang lain adalah hal terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa
disebut dengan empati. Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata orang
lain. Ini berarti juga dapat membaca dan memahami emosi-emosi orang lain.
Memahami perasaan orang lain tidak harus mendikte tindakan kita. Keuntungan
dari memahami orang lain adalah kita
lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik
untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain.
5. Kemampuan
Sosial
Memiliki perhatian mendasar terhadap
orang lain. Orang yang mempunyai kemampuan sosial dapat bergaul dengan siapa
saja, menyenangkan dan tenggang rasa terhadap orang lain ynag berbeda dengan
dirinya. Orang-orang dengan kecerdasan emosi yang tinggi bisa membuat orang
lain merasa tentram dan nyaman berada didekatnya.
b.
Pengendalian Diri
Pengendalian
diri merupakan sikap, tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik
direncanakan atau tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang
berlaku. Mengendalikan diri tidaklah mudah, namun memberikan banyak manfaat.
Sebelum lanjut ke penjelasan mengenai cara-cara pengendalian diri yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Berikut adalah cara-caranya :
Cara
pertama adalah
mengendalikan diri dengan menggunakan prinsip kemoralan. Seperti menjaga
sikap, ucapan, maupun menjaga dari pikiran-pikiran negative terhadap apapun
yang dihadapi. Setiap agama pasti mengajarkan kemoralan, misalnya tidak
mencuri, tidak membunuh, tidak menipu, tidak berbohong, tidak mabuk-mabukan,
tidak melakukan tindakan asusila. Saat ada dorongan hati untuk melakukan
sesuatu yang negatif, coba larikan ke rambu-rambu kemoralan. Apakah yang kita
lakukan ini sejalan atau bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama?
Cara
kedua pengendalian
diri adalah dengan menggunakan kesadaran. Kita sadar saat suatu bentuk pikiran
atau perasaan yang negatif muncul. Pada umumnya orang tidak mampu menangkap
pikiran atau perasaan yang muncul. Dengan demikian mereka langsung lumpuh dan
dikuasai oleh pikiran dan perasaan mereka. Misalnya, seseorang menghina atau
menyinggung kita. Kita marah. Nah, kalau kita tidak sadar atau waspada maka
saat emosi marah ini muncul, dengan begitu cepat, tiba-tiba kita sudah dikuasai
kemarahan ini. Jika kesadaran diri kita bagus maka kita akan tahu saat emosi
marah ini muncul. Kita akan tahu saat emosi ini mulai mencengkeram dan
menguasai diri kita.
Kita
tahu saat kita akan melakukan tindakan ”bodoh” yang seharusnya tidak kita
lakukan. Saat kita berhasil mengamati emosi maka kita dapat langsung
menghentikan pengaruhnya. Kalau masih belum bisa atau dirasa berat sekali untuk
mengendalikan diri, larikan pikiran kita pada prinsip moral. Biasanya kita akan
lebih mampu mengendalikan diri. Bagaimana jika sudah melakukan jurus satu,
prinsip moral, dan jurus dua, kesadaran, ternyata kita tetap sulit
mengendalikan diri? Lakukan cara ketiga!
Cara
ketiga yaitu
dengan perenungan. Saat kita sudah benar-benar tidak tahan, mau ”meledak”
karena dikuasai emosi, saat kita mau marah besar, coba lakukan perenungan.
Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan, misalnya, berikut ini:
a. Apa sih untungnya saya
marah?
b. Apakah benar reaksi
saya seperti ini?
c. Mengapa saya
marah ya? Apakah alasan saya marah ini sudah benar?
Kalau
saya marah dan sampai melakukan tindakan yang ”bodoh”, nanti reputasi saya
rusak, kan saya yang rugi sendiri. Dengan
melakukan perenungan, kerap
kali maka kita akan mampu mengendalikan diri. Prinsip kerjanya sebenarnya
sederhana. Saat emosi aktif maka logika kita nggak akan jalan. Demikian pula
sebaliknya. Jadi, saat kita melakukan perenungan atau berpikir secara mendalam
maka kadar kekuatan emosi atau keinginan kita akan menurun
Cara
keempat pengendalian
diri adalah dengan menggunakan kesabaran. Emosi naik, turun, timbul, tenggelam,
datang, dan pergi seperti halnya pikiran. Saat emosi bergejolak sadari bahwa
ini hanya sementara. Usahakan tidak larut dalam emosi. Gunakan kesabaran,
tunggu sampai emosi ini surut, baru berpikir untuk menentukan tanggapan yang
bijaksana dan bertanggung jawab. Oh ya, tahukah Anda bahwa kata bertanggung
jawab itu dalam bahasa Inggris adalah responsibility, yang bila kita
pecah menjadi response-ability atau kemampuan memberikan respon? Kalau
sudah menggunakan kesabaran masih juga belum bisa, bagaimana? Lakukan cara
kelima.
Cara
kelima yaitu
menyibukkan diri dengan pikiran atau aktivitas yang positif. Pikiran hanya bisa
memikirkan satu hal dalam suatu saat. Ibarat layar bioskop, film yang
ditampilkan hanya bisa satu film dalam suatu saat. Nah, film yang muncul di
layar pikiran inilah yang mempengaruhi emosi dan persepsi kita. Saat kita
berhasil memaksa diri memikirkan hanya hal-hal yang positif maka film di layar
pikiran kita juga berubah. Dengan demikian pengaruh dari keinginan atau suatu
emosi akan mereda.
Adapun hal-hal yang harus dihindari antara
lain :
1) Berbicara tidak sopan atau sering
menggunakan kata-kata kasar. Seseorang yang sering menggunakan kata-kata kasar
akan otomatis mengeluarkan kata-kata kasar tersebut ketika ia sedang dalam keadaan
emosi dan secara otomatis pula mosinya justru akan terus berkobar.
2) Terlalu sering bermain game.
Ini merupakan salah satu bentuk hawa nafsu yang sudah menjadi kebiasaan
dikalangan remaja bahkan anak-anak pada saat ini. Hasrat untuk bermain game akan
sulit dikendalikan sehingga kita akan terus-menerus melakukan ini.
3) Nafsu terhadap hal bersifat
pornografi. Tidak jauh beda dengan penjelasan diatas (terlalu sering bermain game).
Hal ini dapat mengakibatkan seseorang semakin tersesat kedalam hal-hal negative
dan akan membuatnya semakin jauh dari agama dan Tuhannya.
4) Dengan menjauhi hal-hal tersebut
diatas, akan membantu kita untuk bisa mengendalikan diri.
Contoh Sikap dan Perilaku Pengendalian Diri :
1. Dalam Keluarga
·
Hidup
sederhana dan tidak suka pamer harta kekayaan dan kelebihannya.
·
Tidak
mengganggu ketentraman anggota keluarga lain.
·
Tunduk
dan taat terhadap aturan serta perintah orang tua.
1. Dalam Masyarakat
·
Mencari
sahabat sebanyak-banyaknya dan membenci permusuhan
·
Saling
menghormati dan menghargai orang lain
·
Mengutamakan
kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi
·
Mengikuti
segara aturan yang berlaku dalam masyarakat
2. Dalam Lingkungan Sekolah
·
Patuh
dan taat pada peraturan di sekolah
·
Menghormati
dan menghargai teman, guru, karyawan, dll
·
Berani
mengatakan tidak pada ajakan dan paksaan tawuran pelajar serta perbuatan
tercela
·
Hidup
penuh kesederhanaan, tidak sombong dan gengsian
Manfaat Pengendalian Diri
Tanpa
disadari, meskipun terlihat sederhana, namun upaya-upaya untuk mengendalikan
tersebut mampu menuai banyak manfaat apabila kita berhasil untuk
mengendalikan diri. Manfaat yang diperoleh dari keberhasilan seseorang dalam
mengendalikan dirinya antara lain
1. Kita jadi mampu untuk meningkatkan kesabaran. Dengan kesabaran, dapat
meningkatkan komunikasi positif dilingkungan masyarakat sehingga di peroleh
suasana tenang.
2. Akan lebih dapat menimbangkan pencukupan kebutuhan hidup yang
sesuai dengan kemampuan diri dan meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang di
berikan oleh Tuhan
3. Dapat mengurangi rasa gelisah, cemas, iri dan tidak puas yang
dapat terjadi pada semua tingkatan.
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSI
SUMBER MATERI : PARAMITRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar